Jakarta - Peristiwa keracunan yang menimpa sejumlah penerima manfaat menjadi perhatian serius Badan Gizi Nasional (BGN). Setelah evaluasi yang dilakukan, diharapkan kejadian serupa tidak terulang lagi.
Pemantauan kualitas dan faktor higienis makanan menjadi hal penting dalam program tersebut.
Dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) Pesantren Persatuan Islam (Persis) Tarogong Garut, Jawa Barat, punya cara sendiri mempertahankan kualitas bahan olahan makanan mereka, agar keamanan terjaga atau zero accident. Mereka memilih penyuplai bahan makanan berasal dari keluarga besar pondok sendiri, sehingga pengawasan dalam ekosistem rantai pasok ini lebih mudah dilakukan.
Di samping itu, petugas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau Dapur MBG tetap menjalankan SOP ketat pengawasan.
“Sayuran, buah-buahan, hingga daging sapi dan ayam, kami beli langsung dari mitra yang sebagian besar adalah orangtua santri,” ungkap Kepala Juru Masak Dapur MBG Pondok Persis Garut Hj Ida Rogayah, Kamis (15/5/2025).
Ia menjelaskan keterlibatan ekosistem pondok ini membuat rantai pasok lancar, sehingga kesegaran bahan pokok terjaga. Pekerja dapur berjumlah 47 orang, Mereka sudah terbiasa menyediakan makanan para santri yang mondok di sana.
"Para pekerja di dapur kami sudah terbiasa menyiapkan makanan untuk para santri. Dengan berjalannya Dapur MBG, yang menjadi perhatian kami adalah pada angka pemenuhan gizi sesuai dengan acuan yang diberikan Badan Gizi Nasional (BGN),” jelas Hj Ida.
Soal ketegasan, pengelola dapur tanpa kompromi bila mendapati bahan baku yang kurang bagus.
Menurut Ahli Gizi Dapur MBG Persis Garut Siti Nurbayati Solihah, tak sekali dua kali ia terpaksa mengembalikan bahan makanan yang dianggap sudah tak layak. “Misalnya kemarin, kita pakai sayur pokcoi, karena sudah agak layu, langsung kitra minta ganti,” jelasnya.
Sebelumnya, dalam kunjungan kerjanya, Deputi 1 Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communicaton Office/PCO) M Isra Ramli menanyakan tentang bagaimana pengelola dapur menjaga keamanan MBG, mengingat adanya beberapa kasus keracunan makanan yang terjadi di tempat lain.
“Soal keracunan adalah isu sensitif. Ke depan kita akan terus melakukan evaluasi, agar program ini bisa zero accident,” kata Isra.
Isra menyampaikan BGN sudah memiliki standar dalam kemitraan Program MBG demi menjaga kualitas makanan.
Pertama, pemenuhan terkait kebutuhan kalori untuk setiap tahap kebutuhan. Kedua, komposisi gizi, yaitu 30 persen protein, 40 persen karbohidrat, dan 30 persen serat. Ketiga, faktor kebersihan atau higienis dalam mengolah makanan. Keempat, soal keamanan.
“Para pekerja di Dapur MBG harus menerapkan secara ketat standar kebersihan, termasuk penggunaan peralatan yang juga harus sesuai standar. Bagaimana peralatan itu dibersihkan secara teratur, mereka harus mengikuti pelatihan sebagai petugas dapur,” ujar Isra.
Isra menilai, dapur MBG juga harus memiliki chiller dan freezer untuk menjaga bahan makanan tetap segar dan aman dari kontaminasi bakteri. Begitu pula dengan tingkat kematangan makanan harus benar-benar diperhatikan. “Apalagi Dapur MBG di sini melayani ribuan santri, sehingga harus memasak dalam jumlah besar yang secara teknis harus dipahami betul caranya,” katanya.
Dapur MBG santri Kota Dodol ini mulai beroperasi ketika program diluncurkan secara nasional 6 Januari 2025. Namun, ujicoba sudah dilakukan sejak Desember 2024. Selama sekitar lima bulan beroperasi, para pengelola Dapur MBG belum pernah mendapatkan complain dari anak-anak maupun orangtua terkait kualitas MBG. Kalaupun ada, hanya sedikit keluhan santri PAUD atau TK yang belum terbiasa makan sayur.
Didampingi Tenaga Ahli Utama PCO Ricky Tamba beserta beberapa tenaga ahli muda, tenaga terampil, dan staf Humas Badan Gizi Nasional (BGN), Deputi 1 PCO meninjau langsung aktivitas dapur.
Selain itu, rombongan juga melihat tempat pengolahan (roasting) dan café kopi kekinian dengan merk Kopi 76 yang dikelola para alumni pondok, serta berdiskusi dengan ratusan guru dan siswa.
Sebelumnya, rombongan juga menyapa sejumlah siswa SD atau Ibtidayah Persis Garut. Sayangnya, karena kunjungan dilaksanakan pada Kamis, para siswa ternyata tengah menjalankan ibadah puasa sunnah Senin-Kamis. Menu MBG yang dibagikan tidak disantap langsung, melainkan dibawa pulang untuk berbuka.
“MBG Senin dan Kamis menunya roti, buah dan susu kemasan, agar awet dan bisa dimakan nanti saat anak-anak berbuka,” jelas Kepala Dapur MBG Pondok Persis Garut.
Komentar