|
Menu Close Menu

Pelatihan Kuliner untuk Disabilitas: Probolinggo Dorong Kemandirian Lewat Rasa

Minggu, 18 Mei 2025 | 11.00 WIB

 


Kanigaran — Pemerintah Kota Probolinggo kembali menunjukkan komitmennya terhadap inklusi sosial. Melalui Kelompok Masyarakat (Pokmas) Rengganis Kelurahan Kebonsari Kulon, digelar Pelatihan Dasar Olahan Makanan dan Minuman untuk Penyandang Disabilitas, Kamis (15/5/2025) pagi di Ombass CafĂ© and Resto.


Kegiatan ini bukan sekadar pelatihan teknis, melainkan upaya konkret mendorong kemandirian ekonomi dan kesetaraan hak penyandang disabilitas. Sebanyak 20 peserta dari Kelompok Disabilitas Kelurahan (KDK) Mandiri mengikuti pelatihan yang dibuka langsung oleh Ketua TP PKK Kota Probolinggo, Evariani Aminuddin.


Eva mengajak peserta untuk memaknai pelatihan ini sebagai titik awal menjadi wirausaha kuliner mandiri. Ia bahkan mencicipi langsung hasil kreasi peserta berupa brownies dan puding labu kuning.


“Rasanya enak, punya potensi jual. Tinggal dikemas lebih menarik dan dipromosikan lewat brosur atau media sosial. Saya yakin mereka bisa jadi pelaku usaha yang man
diri dan menginspirasi,” ujarnya penuh optimisme.


Eva juga mengungkapkan bahwa hingga kini baru enam kelurahan di Kota Probolinggo yang memiliki Kelompok Disabilitas Kelurahan. Kebonsari Kulon menjadi salah satu pionir dengan membentuk dan membina KDK Mandiri yang aktif memberdayakan anggotanya.


Lebih dari sekadar pelatihan keterampilan, kegiatan ini menjadi simbol kuat bahwa disabilitas bukan batas, melainkan keberagaman potensi. Pemerintah, menurut dr. Eva, harus hadir untuk membuka ruang dan memberikan akses bagi semua warga, termasuk yang memiliki keterbatasan fisik.


“Saat Hari Jadi Kota Probolinggo ke-666 pada 4 September nanti, kita akan gelar bazaar kuliner sepanjang Jalan Panglima Sudirman, dan hasil karya para penyandang disabilitas akan kita tampilkan. Mereka layak diberi panggung,” tegasnya.


Mendukung semangat itu, Anggota Komisi 3 DPRD Kota Probolinggo, Nunung M. Toha, menyampaikan pentingnya strategi pemasaran, terutama pemanfaatan teknologi digital.


“Produk yang bagus saja tidak cukup. Tanpa pemasaran, tak akan dikenal. Kami siap bantu akses promosi digital agar produk-produk teman-teman disabilitas punya pasar lebih luas,” jelasnya.


Kegiatan ditutup dengan menyanyikan lagu “Pasti Bisa” dari Citra Scholastika, yang dibawakan bersama peserta sebagai bentuk dukungan moral dan motivasi. Suasana penuh semangat dan kebersamaan menandai bahwa inklusivitas bukan hanya slogan, tapi gerakan nyata.


Dengan pelatihan ini, Probolinggo menunjukkan bahwa semua warga, tanpa kecuali, memiliki tempat dalam pembangunan dan kemajuan kota.

Bagikan:

Komentar