Kepala Sekolah SMAN Banua, Risa Lisdariani, menjelaskan bahwa SMA Banua yang mulai beroperasi pada 2012 itu diinisiasi oleh Gubernur Kalimantan Selatan saat itu, H. Rudi Arifin.
"Sekolah ini didirikan dengan mimpi besar agar anak-anak Kalimantan Selatan mampu bersaing di tingkat nasional, dengan fokus pada pendidikan sains dan bilingual yakni bahasa Inggris," kata Risa Lisdariani saat ditemui InfoPublik di SMAN Banua, Banjarbaru, Rabu (15/10/2025).
Untuk menjadi SMA Unggul Garuda Transformasi, terang dia, SMA Banua terpilih melalui seleksi terbuka yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdikti Saintek) pada April 2025.
"Seleksi ini diikuti oleh sekitar 400 sekolah di seluruh Indonesia. Setelah proses pengumuman, ditetapkanlah 12 sekolah yang lolos administrasi untuk mengikuti program ini," ujar dia.
SMAN Banua memiliki fasilitas pembelajaran yang lengkap, meliputi laboratorium fisika, kimia, biologi, komputer, bahasa, perpustakaan, poliklinik, gymnasium, dan ruang audio visual.
Sekolah dengan jumlah siswa sebanyak 245 orang ini juga dilengkapi asrama, ruang makan, serta balairung berkapasitas seribu orang.
Fasilitas tersebut mendukung proses pembelajaran terutama bagi siswa berasrama, sementara perlengkapan laboratorium sains terus diperkuat agar kegiatan eksperimen dan praktikum berjalan optimal.
Fokus Program dan Kurikulum
Meskipun berfokus pada persiapan kuliah ke luar negeri, ia memastikan bahwa program ini secara tegas tidak ada interferensi atau perubahan kurikulum di sekolah.
"Sekolah tetap menggunakan kurikulum nasional dengan penguatan, khususnya di bidang science, technology, engineering, dan mathematics (STEM) dengan standar global," tegas dia.
Untuk memfasilitasi persiapan ini, jelas dia, guru-guru bahasa Inggris dan sains memberikan materi tambahan untuk mempersiapkan siswa menghadapi International English Language Testing System (IELTS) dan Scholastic Assessment Test (SAT).
Untuk menjamin kualitas program, Kemdikti Saintek menyediakan perguruan tinggi pendamping. Untuk SMA Banua didampingi oleh Universitas Pendidikan Denpasar Bali (Undiknas). Undiknas akan mendampingi dua sekolah dalam satu klaster, termasuk Sekolah Rancamaya Bogor.
"Pendampingan oleh Undiknas sangat komprehensif, melibatkan dosen dan tim mereka untuk mendampingi guru, murid, dan manajemen sekolah," kata dia.
Hal ini mencakup pelatihan guru mengenai aplikasi universitas luar negeri, serta persiapan psikologis anak, yang dianggap sangat penting dalam program ini.
Meskipun sebelumnya minat siswa lebih banyak tertuju pada universitas negeri terbaik di Indonesia, data awal menunjukkan adanya peningkatan minat ke luar negeri.
"Dari 75 siswa Kelas 12, sebanyak 51 orang tercatat memiliki minat untuk melanjutkan studi di luar negeri. Sekolah mengakui bahwa angka ini masih perlu digali lebih lanjut melalui pendampingan psikologis dari Undiknas untuk memastikan motivasi internal dan eksternal siswa benar-benar kuat," jelas dia.
Pendanaan dan Dukungan Daerah
Terkait pendanaan, Ia menjelaskan bahwa program ini tidak membebani sekolah. Tidak ada dana yang dikucurkan langsung ke pihak sekolah SMA Banua.
Menurut dia, sekolah hanya menerima manfaat, sementara pertanggungjawaban dana berada di universitas pendamping (Undiknas).
Meskipun program itu diinisiasi oleh kementerian pusat, Nota Kesepakatan (MOU) telah ditandatangani oleh Gubernur Kalimantan Selatan, yang menunjukkan adanya komunikasi dan dukungan dari Pemerintah Daerah Provinsi.
Ia berharap program yang MOU-nya berlangsung hingga 2027 ini mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, khususnya dalam pemenuhan sarana prasarana, alat-alat laboratorium, dan kegiatan untuk membentuk iklim belajar yang mendukung ambisi siswa mendaftar ke universitas luar negeri.
Komentar